Jumat, 13 Februari 2015
MOVE ON
Disitu dia menjelaskan bahwa tenang saja, bahwa manusia tidak akan pernah kapok jatuh cinta, walau pernah bilang begitu. Gua mau bahas sisi lainnya
Gua mau bahas tentang fase orang move on. Di tulisan Bangkit dia bilang ada beberapa cara, menurut gua ada satu tatanan yang harus dilewati agar move on menjadi manfaat buat kita.
Memang gua bukan expert dalam masalah cinta-cintaan, saat tulisan ini gua buat pun gua sedang jomblo dan terus bingung soal masalah mengerti wanita, dan menurut gua laki-laki memang diciptakan bodoh dan simple sedangkan wanita begitu pintar dan kompleks. Oke, stop sampe situ karena nanti gua malah bahas perbedaan gender.
Gua pernah merasa susah banget move on. Oke dengan berbagai cara dan akhirnya gua bisa rela sekarang menurut gua begini tatanannya.
1. Benci lah dia
Cara awal dan kebanyakan orang memang membenci mantan kekasihnya. Merasa dikhianati dari kata-kata yang pernah terucap "aku nggak bakalan ninggalin kamu." Oke, itu bukan hanya cerita gua aja, udah banyak kasus seperti itu.
Yaudah, mulai lah benci dia. Kalau misalnya lebih banyak kenangan indahnya ya lo bikin-bikin aja sendiri. Atau menghiperbola hal yang tadinya hanya dalam taraf "kesel" jadi "marah".
Tapi saran gua nggak usah diluapin kemana-mana ya. Gausah nulis-nulis di social media trus lo tag dia dan pengen seluruh dunia tau dia brengsek. Inget ini tujuannya buat lo bisa move on, bukan menghancurkan hidup mantan lo walau lo pernah berpikir seperti itu.
Mungkin fase ini juga ada prolognya yaitu nangis atau kecewa. Ya setelah itu masuk lah ke fase ini.
Tapi ingat tetap jaga kesehatan logika lo. Jangan berlebihan, jangan rusak diri lo sendiri.
2. Kenang Masa Bahagia
Setelah lo rasa sudah cukup memuncak rasa marah lo berhentilah. coba kenang masa bahagia, inget hal yang lo bagi dengan dia. Apa lo merasa bahagia mengenangnya? kalo nggak balik ke fase benci dan lakukan ini lagi.
karena menurut gua hakikatnya kenangan bahagia harusnya membuat bahagia. kalo nggak, ya kita harus struggle lagi seperti tadi gua bilang.
Kalo lo sudah bisa bahagia mengenang masa bahagia, berarti lo siap masuk ke fase berikutnya.
3. Rela
Ya ini fase lanjutannya. Disini lo udah bisa bersyukur semua pernah terjadi dan bisa membentuk ke diri lo yang sekarang. Mungkin lo merasa lebih dewasa, lebih tenang untuk mikirin masalah mantan.
Dan itulah menurut gua tatanan orang move on.
Mungkin gua dibilang sok tahu karena gua hanya menggambil dari pengalaman gua dan sekitar gua. Tapi ya apa salahnya berbagi? Toh sekarang gua merasa lebih baik, lebih dewasa. Seperti yang gua tulis di atas, inget, semua itu terjadi membentuk diri lo yang sekarang.
Kalo jalan pintasnya ya pikirin hal itu. Dari pengalaman patah hati lo bisa lebih dewasa, bahagia dan lebih tenang.
Gausah lah lo sumpah serapah soal mantan lo kemana-mana. It's annoying. Karena kita juga gatau sejujurnya menurut mantan lo itu lo gimana. Bisa saja dia mematahkan hati lo karena hal-hal yang udah dia nggak sanggup tahan lagi. Misalnya, lo suka ngupil depan nyokapnya, udah dibilangin berkali-kali nggak sadar juga.
Ya kalo sekedar curhat untuk menenangkan diri ke temen deket mah gapapa.
Dan simple nya, that person is not for you, but if that person for you, he/she will come back. Atau dalam bahasa Indonesianya : Jodoh nggak kemana.
Semesta ini di atur Tuhan dengan sangat misterius.
Gua suka lihat di Facebook yang menyumpah serapah mantannya dan kebanyakan dari cewek-cewek. Ada beberapa temen Facebook yang nggak gua kenal dan gua lupa kenapa akhirnya bisa temenan. Kadang jadi hal yang bisa kita tertawakan, kadang mengganggu.
Di social media yang lain juga ada sih, tapi lebih banyak gua liat di facebook aja.
Kok jadi bahas kesini sih? Ya gua mau ngingetin aja berlebihan itu nggak baik.
Dan berpikir lagi, mantan lo juga manusia kok. Mungkin karena gua udah di fase rela jadi ngomong gini ya?
Ohya, untuk para mantan gua yang mungkin baca, thanks telah membuat gua menjadi gua yang sekarang. Karena gua senang dan bangga dengan diri gua yang sekarang.
maaf buat Maudy Ayunda yang mungkin kesindir.. | maksud lo apa? | nggak, biar pada ngira dia mantan gua aja
Berkhayal Masa Depan
Jadi gua berkhayal awalnya ada sebuah sayembara dari Marvel, yang hadiah nya bisa bekerja disana dan beasiswa di Kubert School, America. Trus gua ikut sayembara itu dan menang. Akhirnya gua diwajibkan setahun bekerja sekaligus kuliah disana. Selama setahun disana, gua juga mengisi artist alley di Comic Con. Dan mengerjakan beberapa judul.
Setelah setahun, disana gua diperbolehkan pulang ke Indonesia dengan catatan bekerja dari rumah. Tentu saja gua pulang membawa gadget yang dibutuhkan bekerja lintas-negara. Sambil melepas kangen dengan teman-teman dan saudara, gua bertemu "the one" gua. Dia mantan pemain bass di salah satu band rock yang sudah bekerja sebagai akuntan.
Lalu gua mulai menabung untuk membeli rumah, sambil kembali iseng bermain band yang sempat tertunda karena kepergian ke amerika. Dua tahun kemudian rumah sudah terbeli beserta mobil. Di lantai atas ada dua ruangan khusus buat gua. Yaitu satu studio band dan satu lagi studio gua membuat komik. Dalam enam bulan band gua membuat mini album dan mulai main di beberapa venue sebagai guest star. Tetap gua menjadi sang amfibi yang menjadi komikus sekaligus musisi.
Setahun kemudian gua melamar sang calon istri untuk menikah di tahun berikutnya (ya karena sepengetahuan gua nggak mudah untuk urusan teknis di pernikahan, misalnya gedung.) Dipernikahan kami, kami membawakan lagu yang kami aransemen bersama didepan para undangan.
Di tahun awal pernikahan gua harus kembali mengisi Comic Con di San Diego. Lalu berangkat lah gua bersama istri. Istri liburan, sedangkan gua liburan sekalian kerja. Walau bekerja seperti itu tidak terasa bekerja karena berawal dari hobi.
Sepulang dari sana, gua berpikir untuk membuat sendiri komik untuk anak bangsa. Tapi tetap bekerja untuk Marvel karena sudah punya tanggungan.
Lalu selanjutnya memajukan komik dan musik Indonesia.
Sebenernya bisa jauh lebih panjang lagi, dan jauh lebih spesifik. Tapi ah sudahlah itu hanya khayalan gua yang sangat kecil kemungkinan jadi nyata. Uhm tapi kenapa diceritain? ya daripada sayang disimpen di kepala sendiri.
Sekarang mari kembali ke dunia nyata, Kalo gua ngambil dari cerita di atas, gua pengen jadi komikus sekaligus musisi. Tapi komikus datang lebih dulu, datang dari jama SD, mulai suka ngegambar bareng seorang sahabat Fauzan Syabana Kirana.
Gua sekarang mulai mengurangi nafsu menjadi musisi, karena lebih mahal. Bayangkan saja, beli alat, rekaman dan promosi. Sedangkan itu hanya awalnya saja. Tapi bukan berarti gua mengubur dalam-dalam mimpi itu.
Kalo jadi komikus, gua punya cara yang lebih murah bisa dilakukan. Gua sekarang mulai membuat komik online ada di Facebook : Komik Gue Banget dan Instagram : @komikguebanget.
Hanya bermodal ngeupload aja. Dan promosi bisa lewat mulut-ke-mulut dan social media.
Responnya cukup bagus walau tidak meledak. Tapi gua yakin ini bisa jadi awal dari hal yang baik.
Jarang gua bisa menulis di blog dengan sepanjang ini dan semenggalir ini. Berterima kasih sekali lagi kepada Bangkit Mandela. Setelah membaca blognya gua jadi rindu akan kesenangan menulis seperti ini.
Bisa jadi postingan ini bermaksud ngiklanin komik gua, tapi di sisi lain gua entah kenapa menulis ini begitu nyaman. Ya sampai nanti di tulisan berikutnya,
Sabtu, 31 Januari 2015
Tentang Blink 182 di awal 2015 : sebuah opini seorang fans
Gua tahu Blink 182 pas gua SMP, dari temen satu band saat itu. Yang gua suka dari Blink 182 adalah kesederhanaan dari lagu-lagunya. Dari lirik maupun musik. Lirik-lirik mereka mungkin adalah insipirasi dari penulisan lirik band band melodic di Indonesia, setidaknya itu observasi yang kurang mendalam dari gua.
Saat Blink 182 balik lagi dari vakum yang panjang di 2009 gua sangat senang. Lalu mendengarkan album Neighborhood mereka seakan "ini sesuatu yang baru, tapi rasa blink 182 nya nggak hilang." sama juga saat EP Dogs Eating Dogs mereka keluar.
Tapi, ada berita yang sedih di tahun 2015 ini untuk para fans Blink 182. Tom Delonge sang vokalis/gitaris keluar dari band. Walau sebenernya masih kurang jelas gimana gimana nya, ini cukup menyedihkan. Gua telah membaca beberapa artikel soal masalah ini.
Gua membaca artikel pernyataan Mark Hoppus (vokalis/bassist) dan Travis Barker (drum), mereka menyatakan bahwa memang Delonge sudah tidak mau lagi di Blink 182 dan memang menjadi orang yang sulit di ajak bekerja sama mulai saat vakum nya di 2005.
Di sisi lain Delonge memberi pernyataan bahwa Hoppus dan Barker tidak melakukannya 100 persen untuk EP mereka yang lalu dan itu membuat Delonge takut untuk melanjutkan kedepan.
Gua nggak akan tulis secara lengkap semua isi dari artikel-artikel tersebut, kalian bisa baca sendiri. Dan bisa paham situasi dari internal Blink 182 saat ini.
Memang belum ada sesuatu yang benar-benar jelas di masalah ini. Hanya kabar bahwa Matt Skiba akan mengisi posisi Delonge untuk Musink Festival di bulan Maret. Mungkin salah satu solusi yang menurut gua bisa mereka ambil adalah, duduk bersama bicara face-to-face dan membuat semua nya jelas. Setelah itu lakukan Press Confrence.
Apapun hasilnya, lebih baik ada sebuah kejelasan. Dan untuk fans lain yang mungkin berpikiran "Kok Bisa?" ya bisa saja, namanya juga hubungan antar manusia. Mungkin, ada ego yang semakin sulit ditahan, ada toleransi yang rasanya sudah cukup. Atau seiring berjalannya waktu masing-masing dewasa dengan cara yang berbeda.
Ya gua cukup menyayangkan ini bisa terjadi. Tapi, juga memaklumi hal ini bisa terjadi.
Kamis, 30 Oktober 2014
MENDADAK PUITIS
Tentang seorang remaja
Tentang aku
Yang mencoba terus berdiri
Aku adalah aku
Biar semua menggangapku lain
Ada yang menganggap aku hebat
Ada yang menganggap aku bijak
Mungkin, ada yang menganggap aku lemah
Ada yang menganggap aku biasa
Tapi aku tetaplah aku
Biarkan ku bercerita
Aku berusaha bebas tapi tegas
Aku mencoba mandiri
Aku bicara dengan ego lelaki
Biarkan aku menjadi aku
Mungkin aku membutuhkan kamu dan kalian
Di dalam saat-saat yang berbeda
Di saat menit-menit tersiksa
Dan di saat berbagi ceria
Sabtu, 14 Juni 2014
Review Komik Grey & Jingga : The Twilight
Rabu, 16 Oktober 2013
Dilema
Bukan, ini bukan review lagunya cherrybelle.
Gua cuma lagi galau aja. Bukan soal masalah percintaan sih..
Oke jadi gini, hari Sabtu kemaren setelah gua nonton Metallica : Through The Never di Blok M Plaza (Itu keren banget buat yang suka Metallica. Tapi postingan ini bukan ngebahas itu.) Gua melewati FX Senayan saat perjalanan pulang. "Eh kan ada JKT48 Theater disini. Liat ah iseng-iseng." Pikir gua.
Setelah lihat sebentar, gua tertarik melihat UIC-Design dan SAE Institute. Emang tempatnya lg tutup, tapi ya bisa baca-baca bannernya lah. Jadi info yang gua dapet, mereka bikin program 2 tahun gitu untuk belajar. Gua belom tau selesai dari situ gelarnya apa. Dan mereka punya Short Course program. Biaya short course hampir sama seperti gua kuliah satu semester, tapi ini cuma satu bulan.
Lalu gua berpikir, gua kuliah DKV skill digital gua masih sedikit bgt. Padahal udah mau setahun kuliah. Biaya keluar banyak, tp gini-gini aja. Apa ngambil short course aja yah? Soalnya di mata kuliah Komputer Grafis, gak terlalu diajarin teknisnya. Sedangkan gua masalah digital minim banget pengetahuannya. Dan kalo belajar dari temen kadang gua kesulitan, disisi lain mereka kan bukan pengajar. Bukannya merendahkan, tapi mereka bisa skill nya.. Tapi skill ngajarinnya kurang ngena buat gua.
Permasalahannya kalo ikut short course, ya duitnya. Oke gua berpikir mau ngambil kerja part time buat nabung ikut short course. Hmm ada solusi lah.
Lalu pikiran gua malah meluas. Kalo misalnya gua dr short course bisa dapet kerjaan, apa perlu gua selesain S1 gua?
Short course yang mau gua ambil sih ada dua. Satu graphic design di UIC-design dan satu lagi music production di SAE Institute. Pengennya setelah short course graphic design kan bisa dapet job tuh, nah itu duitnya ada yg disiapin buat short course music production. Dan gua punya dua skill deh.
Tapi sekali lagi gua gatau itu ada gelarnya apa nggak. Mungkin bisa gua tetep kuliah dan ngambil short course pas liburan. Tapiii, kalo udah dapet skill dan dapet job gua kayaknya males nyelesain S1 gua di UPI YAI.
Pertanyaan selanjutnya adalah.. Apa orang tua gua bakal setuju kalo gua ngejalanin kayak gitu?
Orang tua gua bukan model orang tua yang konservatif dan kolot sih. Hmm tapi yang namanya orang tua kan ada persamaannya. Mau anaknya bisa mereka banggakan.
Yah ntar coba aja deh rencana gua dijalanin dulu. Soal nanti nyelesaiin S1, I'll cross the bridge when it comes to me.
Bismillah..
Selasa, 23 April 2013
Perpindahan
Gua mau cerita tentang perpindahan. Gua dalam proses mau pindah rumah, tapi di rumah yang akan gua tinggali nanti harus ada beberapa renovasi. Ya, kira-kira pertengahan Mei baru gua tinggali.
Tapi dalam proses ini gua seneng banget, gua membayangkan kamar gua nanti, gimana kalo temen gua main atau nginep. Juga gua membayangkan saat gua bangun siang dan masih nyaman ada di ruangan itu. Tapi, sedih nggak sih sama rumah yang lama? Ya disana ada kenangan lah, berpikir juga jajanan-jajanan deket sana yang akan jadi agak jauh.
Gua pindah nggak jauh kok, kalo lo mau niat liat di google maps silahkan. Gua bertempat tinggal di jl. Kramat Lontar trus nanti pindah ke Tanah Tinggi. Dua-duanya di Jakarta Pusat. Ya masih bisa sih ke tempat jajanan langganan gua, tapi dari jarak 5 menit jadi 15 menit. Mungkin gua akan kangen dengan suasana di warkop deket rumah yang sering memberi kenyang saat gua lapar jam 3 pagi. Kangen sama tukang nasi goreng yang suka sok tau. Kangen sama obrolan tetangga depan rumah dengan bahasa betawi kental dan terdengar lucu.
Tapi gua senang dengan tempat baru nanti. Soalnya itu adalah lingkungan masa kecil bokap gua. Gua udah berkenalan dengan beberapa tetangga kalo ada masalah. Ya walau sebenernya gua orangnya kurang socialize sama tetangga, tapi mereka friendly dan nggak annoying. Gua juga sudah diajari sama bokap soal jalan alternatif dari calon rumah gua itu. Gua sering bolak balik nge-cek tukang yang lagi nge-renov takut kurang bahan dan juga liat progress.
Soal pindah yang lain juga ada. Gua pindah dari orang pacaran jadi jomblo (gua tau lo pade yg suka eneg liat gua pacaran di twitter bersyukur. haha) Nah gua sekarang juga udah bisa nerima fakta itu. Menggambil sisi positif-nya, nggak menyesali udah pernah ngalamin kejadian itu dan jadi pelajaran.
Gua malah senang hal itu pernah terjadi (pacaran sama mantan gua itu.) Soalnya kalo gitu ga akan ada gua yang sekarang.
Masalah soal pindah, banyak orang yang susah atau lama pindah. Kalo menurut gua caranya ya menerima. Nerima itu jadi sebuah fakta nyata dan coba cari cara ngejalaninnya.
Emang beda sih kalo dari cerita gua tadi. Yang soal pindah rumah emang gua seneng dan pengen. Soal jadi jomblo, ada disisi lain dalam diri gua yang kurang suka itu. Tapi menurut gua pindah rumah yang menyenangkan itu gua jadi tolak ukur soal jadi jomblo. Kenapa gua senang mau pindah rumah? karena gua mau menerima.
Sekian dulu ya! Ntar yang Foo Fighters dirapihin kok.
(Yang baca paling yang udah lo ancem pake piso, gaya2-an lo qil)
Senin, 11 Februari 2013
Arts sama Works jadi Artworks!

Kamis, 20 Desember 2012
Senjata Paling Berbahaya Di Dunia : Anak Muda
Tapi sebelum gua ngomel-ngomel hal itu, gua mau kasih contoh betapa hebatnya anak muda. Sejarah mencatat, Sentot Prawirodirjo menjadi panglima perang sebelum umurnya 20 tahun. Lalu siapa Sunan Kalijaga? Anak muda.Siapa tokoh utama dalam peristiwa Mei 1998? Anak muda. Contoh-contoh itu membuktikan bahwa anak muda dapat membuat perubahan besar. Ya mengutip dari Soekarno aja : Beri Aku sepuluh pemuda maka akan Ku guncang dunia!
Lihat betapa hebatnya kekuatan anak muda.
Tapi apa yang kita lihat di anak muda kebanyakan sekarang? Galau karena cinta-cintaan, konsumerisme yang berlebihan, kehidupan hedonisme dll. Ya walau nggak semua anak muda kayak gitu. Tapi sadar nggak sih kenapa ada yang seperti itu.
Sebenernya bangsa kita diserang lewat anak-anak mudanya. Lewat media yang mengatasnamakan globalisasi. Kayak sinetron yang udah kayak kacang, infotaiment yang kepo banget dan kurangnya acara-acara yang mendidik.
Disisi lain (nah bagian gua ngomel nih.) Dari pemerintah nggak memberi fasilitas. Diberi keterbatasan yang nggak membangun. Beda kalo gua denger cerita jaman bokap gua muda dulu. Jaman bokap gua ibarat anak muda dikasih lapangan, terserah mau main apa. Sedangkan sekarang anak muda dikasih lapangannya dikit banget. Tapi harapan dan tuntutan dari pemerintah besar banget soal anak muda.
Dan juga kurangnya pembatasan media oleh pemerintah seperti membiarkan anak-anak muda tenggelam dalam apa yang mereka lihat, baca dan dengar. Kita dibiarkan dijajah, dicuci otak oleh media.
Yah masih untung aja kalo yang sama orang tua dididik dengan baik.
Pemerintah sepertinya sadar bahwa anak muda adalah senjata yang berbahaya dan fragile bagi kemajuan bangsa dan negara. Salah-salah mengarahkan bisa hancur. Tapi mereka tidak melek akan hal itu. Anak muda kurang diberi katup untuk mengeluarkan ekspresi dan aspirasi mereka. Well itu yang gua rasain.
Menurut gua juga kebanyakan orang tua, guru dan semua yang menamakan diri mereka pendidik kelewat egois dan masih saja pake cara kuno. Seharusnya mereka kan menjadi pembimbing. Hey kami ini penerus loh!
Gua pribadi pun melihat fenomena ini jadi pengen ntar gua kerja di luar negri aja gausah mikirin Indonesia. Toh pemerintahnya juga setengah-setengah.
Oh ya ada satu lagi. Sistem pendidikan yang selalu berubah nggak jelas. Dan kelewat suka-suka juga kurangnya observasi seperti menyepelekkan proses memberi kualitas pada anak muda. Tiap tahun ajaran ada yang namanya percobaan. Emangnya kita hewan lab yang bisa dicoba seenaknya? Kok enak banget tiap tahun dicobain.
Terakhir. eh kita anak muda itu senjata paling berbahaya loh. Salah-salah malah nyerang negara sendiri dan langsung hancur.